An Amazing and Unpredictable 'Sudden Trip'
Akhir-akhir ini, saya sering melakukan perjalanan mendadak
dan tidak terencana dengan sempurna. Atau biasa saya sebut dengan “sudden
trip”. Di tahun-tahun sebelumnya, saya selalu bepergian dengan rapih, artinya
packing H-1, sudah tahu mau ke destinasi mana saja, dan sudah tahu budget yang
harus disiapkan. Tetapi, sejak beberapa bulan ke belakang, hal tersebut menjadi
hal yang sangat aneh bagi saya.
Ya, sekarang saya sering mengambil keputusan untuk bepergian
sehari sebelum keberangkatan, atau bahkan paling parah pernah 1 jam sebelum
jadwal keberangkatan. Persiapannya? Alhamdulillah, karena semakin sering saya
bepergian mendadak, semakin saya terlatih untuk tanggap dan mengambil keputusan
cepat di situasi yang gawat darurat. Dan hasilnya? Luar biasa, yang saya
dapatkan jauh melebihi dari yang saya duga.
Ilmu ini saya dapatkan dari Mas Imam Subchan, seorang pengusaha
yang sekarang menjadi salah satu guru di kehidupan saya. Hidup ini akan selalu
berubah di setiap detik, di luar yang kita rencanakan dan bayangkan, dan kita
harus sigap untuk mengambil keputusan tanpa harus MENGELUH atau bahkan KELUAR DARI MASALAH. Kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas yang tinggi lah yang akan membawa kita bertahan di kehidupan yang penuh ketidakpastian dan dinamis ini. Kemampuan tersebut juga akan membantu kita mencapai apa yang kita inginkan. Itulah ilmu yang beliau ajarkan ke saya, salah satunya dengan mengajak saya
untuk bepergian secara mendadak.
Sebelumnya, saya pun sudah dilatih untuk bepergian secara mendadak oleh teman saya. Dini Hajarrahmah. Dia seorang traveller sejati, sudah menjelajahi banyak wilayah Indonesia dan belahan dunia. Dia tidak pernah merencanakan secara detail mau kemana saja. Prinsipnya, berjalan saja dan lihat bagaimana nanti saja.
Sebelumnya, saya pun sudah dilatih untuk bepergian secara mendadak oleh teman saya. Dini Hajarrahmah. Dia seorang traveller sejati, sudah menjelajahi banyak wilayah Indonesia dan belahan dunia. Dia tidak pernah merencanakan secara detail mau kemana saja. Prinsipnya, berjalan saja dan lihat bagaimana nanti saja.
Sudden trip ini sudah mengantarkan saya ke beberapa
daerah di Indonesia. Misalnya, Solo, Jogja, Jakarta, Kudus, Bandungan, Pacitan,
Bali, Surabaya, Jember, dan Banyuwangi. Jarak waktu antara satu kota dengan kota yang lain relatif berdekatan. Semakin
jauh saya bepergian dari rumah, semakin saya tahu kemana saya harus pulang.
Semakin saya menjelajahi Indonesia, semakin saya tahu bahwa masih banyak berita baik yang
belum diceritakan mengenai Indonesia, terutama oleh media.
Bepergian dengan mempelajari kehidupan di dalamnya akan jauh
lebih valuable daripada bepergian yang sekadar untuk unggah foto di social
media atau untuk menghabiskan uang untuk belanja. Seluruh sudden trip saya, saya dapatkan secara gratis. Berjalan untuk bekerja dan belajar, bonusnya adalah life values.
Dan semakin saya sadar pula, bahwa negeri ini saaaaangat
kaya. Meskipun antara satu daerah dengan daerah yang lain bisa sangat berbeda
(bahkan walaupun masih ada di pulau atau provinsi yang sama), tetapi “satu jua”
nya lah yang membuat keanekaragaman tersebut menjadi indah. Kita sebagai anak
muda punya tanggungjawab dan peran untuk mengembangkan seluruh daerah, tidak
hanya tergiur dengan hiruk pikuk ibukota. Sebelum semuanya terlambat.
Sudden trip ini juga melatih saya untuk berpikir positif dan
meningkatkan kemampuan insting saya. Insting itu berbeda dengan feeling. Banyak
orang yang selalu berpikir “Gimana kalau kita tersesat? Gimana kalau kita
tergelincir? Gimana kalau kita masuk jurang?” Bayangkan, kalau mau bepergian saja
kita terus berpikir negatif? It brings us to nowhere, akhirnya tidak jadi
bepergian deh. Saya pun tak selalu yakin 100% bahwa perjalanan ini akan mulus. Tentu saja tetap ada rasa khawatir.
Tapi saya selalu yakin bahwa di setiap perjalanan saya, baik yang mendadak
ataupun yang terencana, saya akan selalu bertemu dengan orang-orang baik.
Kalaupun harus bertemu dengan situasi sulit, itu pasti akan menambah value diri
saya.
Banyak orang yang selalu berpikir bahwa kalau tidak
dipersiapkan dengan matang, nanti akan bertemu dengan banyak risiko. Juga akan
terjadi sesuatu yang membahayakan kita karena persiapan kita tidak matang. Siap
atau tidaknya kita tergantung dengan bagaimana sikap kita menghadapi situasi
sulit tersebut kan? Mau mengeluh, menyerah, atau menghadapinya. Sudden trip ini
benar-benar melatih insting saya untuk mengambil keputusan dari beberapa
pilihan, dan Alhamdulillah keputusan yang saya ambil berakhir manis. Prinsip
saya, kalau bisa mendapatkan semua, kenapa harus mendapatkan salah satu di
antara berbagai pilihan di setiap perjalanan saya? ;-)
Since I believe that God always give me a perfect storyline in a perfect timeline. Bahwa Tuhan akan memberikan semua pilihan tersebut kepada saya di waktu yang tepat ;-)
Yap, tetap “victory loves preparation” itu hal yang harus
dilakukan. Yang saya persiapkan dengan matang adalah pola pikir dan sikap saya
jika ingin mengambil keputusan untuk sudden trip atau apabila menemui situasi
sulit.
Dunia itu terus berubah, kebanyakan tidak sesuai yang kita
harapkan. Kalau diingat-ingat, setiap perjalanan yang saya siapkan dengan
rapih itu akhirnya tidak terealisasi. Karena terlalu banyak rencana dan
akhirnya para peserta perjalanan hanya menaruh harapan terhadap realisasi
rencana tersebut yang dikira akan datang begitu saja. Dan biasanya aksi untuk
mewujudkannya ya menjadi biasa-biasa saja karena hanya duduk manis menunggu.
Tetapi semua perjalanan mendadak saya, berbuah sangat amazing dan unpredictable. Karena kita akan selalu merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi setelahnya, get surprises, yang membawa kita untuk explore more and gain more.
Bermimpi besar harus, tapi berharap (atau istilah Jawanya "ngarep") tanpa aksi yang besarnya sesuai dengan mimpi kita, atau hanya mengeluh pada keadaan ya tidak akan membawa
kita kemanapun.
Risiko itu melakat di berbagai aktivitas dan pilihan. Kita diam, mengandung risiko: menganggur, tiba-tiba kejatuhan cicak, dll. Kita bergerak, mengandung risiko: jatuh, dicopet, dll. Kita mengambil keputusan, mengandung risiko: rugi, salah jalur, dll. Tergantung kita kan mau mendapatkan risiko dari hasil melakukan perbuatan apa :-)
Berjalan saja, biarkan mengalir, tapi jangan sampai hanyut terbawa arus. Ikuti ritmenya, fleksibilitas dan adaptabilitas itu harus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tetapi mempertahankan self-value di tengah arus itu kewajiban.
Risiko itu melakat di berbagai aktivitas dan pilihan. Kita diam, mengandung risiko: menganggur, tiba-tiba kejatuhan cicak, dll. Kita bergerak, mengandung risiko: jatuh, dicopet, dll. Kita mengambil keputusan, mengandung risiko: rugi, salah jalur, dll. Tergantung kita kan mau mendapatkan risiko dari hasil melakukan perbuatan apa :-)
Berjalan saja, biarkan mengalir, tapi jangan sampai hanyut terbawa arus. Ikuti ritmenya, fleksibilitas dan adaptabilitas itu harus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tetapi mempertahankan self-value di tengah arus itu kewajiban.
Kosongkan saja gelas kita, do more, expect less, and achieve
the top. Niscaya kita akan menjadi orang yang tidak selalu berpikiran negatif, tidak
mengalami kekecewaan secara mendalam, melatih insting kita, memandang seluruh peristiwa sebagai sebuah pembelajaran, dan akan melakukan
segala hal dengan cara yang luar biasa.
Tenang saja, saya akan menceritakan perjalanan mendadak saya beserta lika-liku cerita di dalamnya ;-)
Tenang saja, saya akan menceritakan perjalanan mendadak saya beserta lika-liku cerita di dalamnya ;-)
Berikut beberapa foto sudden trip saya.
Memutuskan ke Bali H-1 jam sebelum berangkat. Akhirnya menginap gratis di Hotel Sheraton, Kuta :-P |
Memutuskan untuk ke Pacitan beberapa jam sebelum berangkat, unpredictable experience saya dapatkan menuju dan pulang dari Pantai Klayar |
Memutuskan untuk pergi ke Bandungan beberapa jam sebelum keberangkatan, spiritual experience saya dapatkan sepulang dari Bandungan. |
The best view I've ever seen about beach. Taken from the top of the hills in Papuma Beach. I gained ideas after going back from sudden trip to Jember. |
@antiik
Comments
Post a Comment